Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi, Nizam, kunjungi Universitas Telkom, Jumat (7/8). Kunjungan tersebut memilki tujuan untuk meninjau sejauh mana kesiapan Universitas Telkom dalam mempersiapkan teknologi telekomunikasi untuk membantu proses belajar mengajar ditengah pandemi saat ini.
Nizam katakan bahwa di masa pandemi Covid-19, peran perguruan tinggi dan inovasi yang dihasilkan diperlukan untuk membantu mengurangi dampak dari wabah tersebut. Perguruan tinggi diharapkan menjadi mata air untuk membantu masyarakat Indonesia.Nizam menambahkan, ditengah pandemi saat ini banyak sektor yang terdampak dari pandemi Covid-19, salah satunya adalah sektor dunia pendidikan, dimana seluruh kegiatan belajar-mengajar berlangsung secara daring. Namun menurut Nizam, dalam proses pelaksanaan kegiatan tersebut terdapat kendala yang ditimbulkan, salah satunya adalah jaringan yang terbatas khususnya di daerah yang masih belum terjangkau jaringan internet.
“Kami sangat bangga, dalam masa pandemi ini justru perguruan tinggi sudah banyak melakukan dan menciptakan inovasi-inovasi baru, dan dalam kesempatan kali ini kami ingin Universitas Telkom dapat mengembangkan teknologi telekomunikasi guna membantu proses belajar mengajar di Indonesia,” ucapnya.
Dalam kesempatan tersebut, Nizam berbincang dengan Khoirul Anwar yang merupakan penemu dan sekaligus pemilik paten teknologi 4G berbasis OFDM (Orthogonal Frequency Division Multiplexing). Nizam meninjau dan melihat langsung teknologi yang sedang dikembangkan di Universitas Telkom.
“Kendala yang kita lihat dilapangan untuk proses belajar mengajar di daerah yang paling besar adalah jaringan, dari yang kami lihat tadi, Dr. Khoirul Anwar beserta tim Universitas Telkom telah menunjukkan teknologi hasil anak bangsa untuk membantu mengurangi kendala jaringan yang saat ini kita hadapi. Dimana melalui teknologi ini kita dapat mengirimkan jaringan atau konten pembelajaran ke tempat yang jauh dan sulit dijangkau oleh jaringan, dan teknologi ini nantinya dapat dimanfaatkan secara gratis, tidak memerlukan pulsa dan sebagainya,” jelasnya.
Sementara itu, Khoirul Anwar selaku dosen dan Direktur Research Center for Advanced Wireless Technologies (AdWitech) Universitas Telkom menjelaskan bahwa cara kerja teknologi tersebut adalah dengan menggunakan frekuensi radio yang dipantulkan ionosphere. “Teknologi ini tidak seperti BTS yang saat ini ada, dimana BTS yang ada saat ini menggunakan fiber optic, kalau ini kita memanfaatkan frekuensi radio yang dipancarkan keatas dan dipantulkan dari ionosphere, sehingga bisa menjangkau daerah yang jauh sekalipun,” tuturnya.
Nizam memaparkan harapannya terkait perkembangan teknologi telekomunikasi ke depan dimana pengembangan teknologi untuk 5G dan 6G agar dapat terus dilahirkan juga dari inovator Indonesia. “Bahkan bila memungkinkan, bila ada teknologi 7G nantinya lahir dari para inovator Indonesia. Mari kita bangun kedaulatan teknologi Indonesia, dengan kerja keras dan cerdas, kita pasti bisa,” harapnya. (YH/DZI/FH/DH/NH)